Haloo pecinta kuliner .. Pernah mendengar nama The House of Raminten? Bagi mereka yang tinggal atau sering berkunjung ke Jogja, nama itu pasti sudah tak asing lagi. Tempat makan yang berada di Kotabaru tersebut tergolong unik dan menjadi salah satu ikon kuliner Jogja. Sehingga tak heran bila The House of Raminten selalu ramai dikunjungi para pemanja lidah. Bahkan, mereka rela membiarkan namanya tertulis di daftar tunggu hanya demi seporsi nasi kucing atau segelas es kelapa muda dalam gelas raksasa.
Bila tak ingin menunggu karena urusan perut memang tak bisa diganggu, cobalah datang ke The Waroeng of Raminten yang berada di Jalan Kaliurang. The Waroeng of Raminten merupakan salah satu cabang dari The House of Raminten dengan konsep tempat yang sedikit berbeda. Jika biasanya di The House of Raminten pengunjung akan kesulitan memesan tempat untuk rombongan besar, maka di tempat ini, ada dua buah rumah limasan yang dapat digunakan untuk rombongan. Masuk ke dalamnya, suasana Jawa yang begitu kental langsung terasa. Harum dupa bercampur bunga mawar yang khas menyeruak. Para pelayan yang berpakaian tradisional, furnitur hingga pernak-pernik yang mempercantik tiap ruangan terlihat unik dan tak biasa untuk sebuah tempat makan.
Tak hanya sekedar tempatnya yang menarik dan unik, namun penyajiannya pun tak kalah asik, terutama minumannya. Minuman-minuman ini disajikan dalam gelas-gelas porsi besar yang bentuknya pun tak biasa. Lihat saja gelas wedang uwuh yang kami pesan, porsinya jumbo dan bentuknya unik bukan? Tak hanya itu saja, seporsi es krim goreng dan ayam koteka pun tak luput dari perhatian. Roti goreng kuning keemasan yang hangat dan kering ini tampak begitu menggoda. Jangan bayangkan gula merah atau kacang hijau yang mengisinya, melainkan satu scoop es krim stroberi dingin dan lembut. Sementara itu, ayam koteka yang datang pun terlihat begitu eksotis. Namanya mengingatkan kita pada salah satu pulau di timur Indonesia, Papua. Ayam koteka ini terbuat dari cincangan daging ayam yang dipadukan dengan telur dan daun bawang, kemudian digoreng dalam bambu. Jelas saja ia berhasil menggoyang lidah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar